Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Peran tersebut juga ttap disandang oleh pemuda Indonesia hingga kini; selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. hal yang sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol social (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda Indonesia. Sebab, sebagai sebuah negara dengan wilayah yang besar dan pendidikan politik masyarakatnya yang relatif rendah, setiap pemerintahan yang berkuasa di Indonesia akan cenderung melakukan penyimpangan dalam setiap kebijakannya. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat sebagai stakeholder Republik Indonesia secara politis belum cukup aktif dalam mengupayakan pengkontrolan terhadap kebijakan dan prilaku politik penguasanya, sehingga peran pemuda dalam hal ini menjadi sangat penting dalam menstimulus partisipasi politik rakyat dalam upaya mengontrol setiap kebijakan yang dibuat penguasa.
Pasca Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto tumbang, peran dan tanggung jawab pemuda Indonesia jauh lebih kompleks. Karena transisi demokrasi menjadi salah satu agenda yang penting untuk dikawal. Sebagai negara yang tengah menjalani peralihan dari negara otoriter-militeristik ke negara yang menganut sistem demokrasi, Indonesia sangat rawan dengan konflik. Konflik yang paling kentara adalah konflik horizontal, konflik antara masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain. Selama kurun waktu dari 1998 hingg 2001, konflik horizontal menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia, dan tentu saja pemuda Indonesia menuntut untuk segera dicarikan solusinya. Konflik yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah, Ambon, Maluku, di Kalimantan Barat dan Tengah, serta pergolakan daerah untuk menuntut pemerintahan sendiri seperti yang dilakukan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan Organisasi Papua Merdeka (OPM), dipicu oleh ketidaksiapan elit politik yang dulu mendukung pemerintahan Orde Baru dalam pengembangan sistem demokrasi yang menjadi pilihan rakyat Indonesia setelah 32 tahun lebih berada dibawah bayang-bayang pemerintahan otoriter yang menindas.
Makalah ini akan menguraikan perihal peran dan tanggung jawab pemuda Indonesia dalam komitmennya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, dan keberpihakan pemuda Indonesia kepada masyarakat. Dalam makalah ini juga akan membahas periodisasi kepemimpinan pemuda Indonesia dari masa pergerakan nasional hingga sekarang, serta permasalahan yang dihadapi dan jalan keluar yang dilakukan sebagai upaya untuk memperkuat jati diri dan profesionalisme kepemimpinan pemuda Indonesia di masa yang akan datang.
II. Periodisasi Kepemimpinan Pemuda di Indonesia
Benedict Anderson, seorang Indonesianist mengungkapkan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Pernyataan Ben Anderson ini tak salah memang apabila dikaitkan dengan sejarah panjang bangsa Indonesia, di mana pemuda menjadi aktor dari setiap langkah perjalanan bangsa Indonesia. Pernyataan Ben Anderson ini tak salah memang apabila dikaitkan dengan sejarah panjang bangsa Indonesia, di mana pemuda menjadi aktor utama dari setiap peristiwa penting yang terjadi di Indonesia. Herbert Feith, Seorang Indonesianist lainnya menyatakan bahwa: Pemikiran politik modern (pemuda) di Indonesia diawali oleh bangkitnya nasionalisme modern. Hal itu dimulai antara tahun 1900-an dan 1910-an, dengan munculnya sekelompok kecil mahasiswa dan cendikiawan muda yang memandang dunia modern sebagai tantangan terhadap masyarakat dan menganggap diri mereka sebagai pemimpin potensial di masa yang akan datang…, Dalam tahun-tahun 1920-an jumlah mereka (pemuda-pen) meningkat agak pesat, begitu pula alienasi mereka terhadap kekuasaan koonial; banyak di antara mereka , khususnya yang menuntut ilmu di luar negeri, dipengaruhi oleh pelbagai ideologi seperti sosialisme, komunisme, reformisme Islam, dan nasionalisme India, China, dan Jepang.
Apa yang dikemukakan oleh Ben Anderson dan Herbert Feith adalah sebuah keniscayaan sejarah, mengingat sejak jaman pergerakan nasional hingga saat ini, pemuda selalu menjadi tonggak dan aktor dari pendorong perubahan tersebut. hal ini terlihat dari uraian periodisasi di bawah ini.
a. Pergerakan Nasional
Seperti yang dikatakan oleh Feith, bahwa benih-benih nasionalisme tumbuh seiring dengan dibuatkannya kebijakan-kebijakan politik etis yang merupakan bentuk dari politik balas budi pemerintahan kolonial Belanda kepada rakyat Indonesia ketika itu. Akibat dari kebijakan tersebut maka benih nasionalisme yang tumbuh karena interaksi dengan dunia luar serta pembelajaran yang dilakukan oleh segenap pemuda ketika itu. Soetomo, Soekarno, Hatta, Sjahrir, Natsir, dan lain-lain menjadi bagan yang tak terpisahkan dari upaya rakyat Indonesia ketika itu untuk lepas dari belenggu penjajahan. Soetomo kemudian mendirikan Budi Utomo, sebuah organisasi dengan corak modern didirikan sebagai upaya untuk membangun kesejahteraan masyarakat di pedalaman Jawa. Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan tujuan yang sangat jelas; mencapai Indonesia Merdeka, sementara Sjahrir dan Hatta melanjutkan perjuangan PNI setelah Soekarno masuk ke tahanan pemerintah kolonial. Sedangkan Natsir bersma-sama tokoh pergerakan nasional yang berbasis Islam lainnya bersatu dan mendorong munculnya organisasi-organisasi Islam yang bertujuan untuk kesejahteraan umat. Dari Sarekat Islam (SI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhamadiyah, Perti, dan lain-lain yang di masa penjajahan Jepang bersama-sama mendirikan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang kelak akan menjadi partai Islam terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia, karena merupakan representasi politik dari organisasi Islam di Indonesia.
Ada lima karakteristik kepemimpinan periode pergerakan nasional ini, yaitu: pertama, kepemimpinan pemuda masa pergerakan nasional selalu diliputi keinginan untuk mewujudkan Indonesia merdeka, lepas dari segala penjajahan dan kolonialisme. Kedua, kepemimpinan kaum muda masa pergerakan nasional selalu bereksperimen dengan berbagai ideologi yang berkembang saat itu. Sebagaimana diketahui bersama, saat pergerakan nasional berlangsung, ideologi masuk ke Indonesia seperti aliran arus sungai yang mempengaruhi pola pikir kaum muda saat itu, baik yang berideologi reformis Islam seperti Natsir, nasionalisme keindonesiaan sebagaimana Soekarno tegaskan dalam setiap kesempatan ketika itu, komunisme yang dianut oleh Semaun, Alimin, Tan Malaka, Amir Sarifuddin, dan lainnya, ataupun sosialisme yang dianut oleh Hatta dan Sjahrir.
Ketiga, kepemimpinan kaum muda era pergerakan nasional juga lebih banyak menampilkan watak radikalisme dari pada sikap kooperatif. Hal ini ditandai dengan ditangkapnya beberapa tokoh pergerakan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Keempat, kepemimpinan kaum muda jaman pergerakan nasional juga selalu menampilkan wajah kooperatif dengan pelbagai perbedaan ideology, apabila memiliki tujuan yang sama; kemerdekaan Indonesia. Sikap kooperatif terhadap organisasi yang berbeda ideologi ini merupakan bentuk dari penggalangan kekuatan untuk kemerdekaan Indonesia. Dan yang kelima, kepemimpinan kaum muda jaman pergerakan nasional juga selalu memiliki cetak biru (blue print) Indonesia masa depan. Terlepas apakah cetak biru tentang Indonesia yang dicita-citakan berlandaskan kepada keyakinan ideologi yang dianutnya.
b. Revolusi Kemerdekaan
Kedatangan Jepang ke Indonesia memecah sebagian besar kaum muda Indonesia ketika itu, sebab sebagian besar pemuda di masa itu sangat percaya bahwa Jepang merupakan pahlawan yang akan membebaskan Indonesia dari cengkraman kolonialisme Belanda. Ada tiga kelompok pemuda setelah Jepang menjajah Indonesia. Pertama, kelompok pemuda yang percaya dengan ramalan Jayabaya, seorang raja Jawa kuno yang meramalkan akan datang ras- kuning yang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan kulit putih. Kelompok pemuda ini banyak yang bekerja dan menjadi pegawai di perusahaan dan jawatan yang dikuasai oleh Jepang seperti radio, kantor berita, dan lain-lain. Tokoh-tokoh pemuda yang terkemuka dari kelompok pemuda ini adalah: Adam Malik (pernah menjadi menteri luar negeri dan wakil presiden RI), Soekarni, A.M. Hanafi, Sayuti Melik, Chaerul Saleh, dan sebagainya.
Kedua, kelompok pemuda yang memilih tidak bekerja sama dengan Jepang, maupun pemerintahan Belanda di pengasingan. Kelompok pemuda ini banyak berasal dari mahasiswa kedokteran masa itu, kelompok ini juga banyak melakukan kerja-kerja bawah tanah bersama Sjahrir. Tokoh-tokoh pemuda terkemuka dari kelompok pemuda ini antara lain; Subadio Sastrosutomo, Daud Jusuf, Sumitro Joyohadikusumo, dan lain-lain. Ketiga, kelompok pemuda yang memilih menjalin hubungan dengan pemerintah Belanda di pengasingan, dan melakukan perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Kelompok ini juga disubsidi oleh pemerintah Belanda di pengasingan. Tokoh pemuda yang terkenal dari kelompok ini adalah Amir Sjarifuddin dan kelompok pemuda komunis binaannya.
c. Masa Pemerintahan Soekarno
Karakteristik dari kepemimpinan pemuda Indonesia masa Pemerintahan Soekarno adalah menginduk kepada partai-partai politik yang tumbuh subur ketika itu. Banyak dari pemuda ketika itu percaya bahwa dengan menginduk ke partai politik tertentu maka upaya untuk membangun basis kepemimpinan pemuda saat itu akan dengan sendirinya berjalan. Hampir semua partai besar seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, Partai Komunis Indonesia (PKI), hingga partai-partai kecil memiliki organ kepemudaan yang berafiliasi ke partai bersangkutan. Namun langkah tersebut dirasakan oleh para pemuda kurang strategis, ketika Soekarno menerapkan demokrasi terpimpin, dimana figur Soekarno menjadi simbol tunggal negara. Langkah-langkah yang dilakukan oleh pemuda ketika itu adalah melakukan pengkritisan terhadap setiap kebijakan yang dibuat oleh Soekarno maupun anggota kabinetnya. Akan tetapi, sebagaimana diketahui bersama bahwa langkah melakukan pengkritisan terhadap kebijakan yang dibuat oleh Soekarno maupun anggota kabinetnya berujung pada konflik pemuda ketika itu, sebagian memilih berada di samping Soekarno, sebagian lain memilih berhadap-hadapan dengan Soekarno. Konflik antar organisasi pemudapun pecah, bahkan telah mengarah kepada kriminalisme. Upaya untuk saling menjelek-jelekkan antar organisasi terjadi secara sistematis. Pemuda Rakyat, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Barisan Pendukung Soekarno (BPS), berlawanan dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), serta organisasi pemuda partai yang tidak mendukung kepemimpinan Soekarno seperti Pemuda Perti, Pemuda Persis, Pemuda Katolik, Pemuda Kristen, dan lain sebagainya.
Situasi ini berakhir dengan tumbangnya Pemerintahan Soekarno oleh kekuatan unjuk rasa pemuda dan mahasiswa, serta tekanan militer. Perlu diketahui juga bahwa kelompok pemuda yang anti-Soekarno mendapat dukungan dari militer yang memang sejak lama tidak menyukai kebijakan Soekarno yang condong dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), dimana Soekarno juga menolak pembubaran PKI pasca pemberontakan 30 September 1965 yang memakan korban sejumlah Jenderal dari kalangan militer.
d. Masa Pemerintahan Soeharto
Dapat dikatakan bahwa masa Pemerintahan Soeharto, kaum muda mengalami bulan madu politik yang singkat. Perbedaan ideologi di tubuh organisasi pemuda yang selama Pemerintahan Soekarno dibiarkan tumbuh seirama dengan perkembangan bangsa, mulai dibatasi. Hal ini memang terkait dengan adanya penyederhanaan partai yang dilakukan oleh Pemerintah Soeharto. Pembentukan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) sebagai organisasi payung bagi organisasi kepemudaan yang ada menjadi salah satu bentuk pengekangan dan pembatasan hak-hak politik pemuda dan organisasi lainnya. Salah satu yang paling kentara adalah adanya konflik internal di masing-masing organisasi pemuda, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terbelah menjadi dua organisasi, yakni HMI yang setuju dengan ideologi Pancasila yang dipaksakan oleh Pemerintah Soeharto, dengan HMI Majelis Penyalamatan Organisasi (HMI-MPO) yang masih mempertahankan Islam sebagai asas organisasi. Organisasi lain yang juga mengalami perpecahan adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), yang pro kepada keputusan Pemerintahan Soeharto dengan yang menolak keputusan tersebut. Organisasi-organisasi pemuda yang menolak kebijakan Soeharto, kemudian dicap sebagai organisasi pemuda yang tidak bersih dan bukan tidak mungkin diberi cap komunis.
Keputusan untuk me-nonideologi-kan senua organisasi pemuda ini kemudian menghasilkan perlawanan-perlawanan terhadap kebijakan yang dibuat oleh Pemerintahan Soeharto kala itu.. Ada tiga karakteristik organisasi pemuda pasca pembentukan KNPI. Pertama, organisasi pemuda yang menerima kebijakan yang dibuat dalam menyatukan ideologi, yakni ideologi Pancasila terhadap semua organisasi kepemudaan. Organisasi tersebut antara lain: HMI, GMNI, PMII, PMKRI, GMKI, dan berbagai organisasi pemuda yang loyal terhadap kebijakan pemerintahan. Kedua, organisasi pemuda yang berbasis di kampus. Organisasi pemuda ini mampu bersembunyi dibalik organisasi kemahasiswaan yang formal. Organisasi kampus ini justru dalam kurun waktu 32 tahun Pemerintahan Soeharto banyak melakukan perlawanan dan penolakan terhadap setiap kebijakan yang dibuat oleh Pemerintahan Orde Baru tersebut. Tercatat berbagai peristiwa politik yang dilakukan oleh mahasiswa dalam melakukan oposisi terhadap kebijakan yang dibuat oleh Soeharto, seperti: Peristiwa Lima Belas Januari (Malari) 1974 yang menyebabkan kerusuhan dan sentimen anti produk Jepang. Peristiwa tahun 1978, yakni serbuan aparat militer dan kepolisian terhadap kampus-kampus di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan sebagainya. Serta yang terakhir, ketika ribuan massa dari berbagai kampus menduduki gedung DPR/MPR serta simbol kenegaraan lainnya di berbagai kota, yang mengakibatkan Presiden Soeharto, yang berkuasa lebih dari 32 tahun itu mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.
f. Masa Kepemimpinan Orde Reformasi
Tumbangnya kekuasaan Presiden Suharto pada tahun 1998, merupakan satu titik balik proses keterbukaan politik di Indonesia. Presiden Habibie yang melanjutkan kepemimpinan mantan Presiden Suharto hingga Pemilihan Umum tahun 1999 melakukan satu perubahan drastis dalam sistem politik di Indonesia. Pemilihan Umum di tahun 1999 melahirkan pemimpin-pemimpin politik baru dalam tubuh Parlemen dan sistem kepartaian di Indonesia, dan melahirkan Presiden baru dari kalangan tokoh Islam yakni Abdurrahman Wahid.
Kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid sendiri tidak bertahan lama. Euphoria reformasi yang diikuti oleh konflik politik antara Parlemen dengan Eksekutif melahirkan proses impeachment terhadap pemerintahan Abdurrahman Wahid pada tahun 2001. Ia kemudian digantikan oleh Megawati Sukarnoputri, Wakil Presiden Republik Indonesia yang berasal dari kalangan nasionalis.
Pada era reformasi ini, kehidupan berorganisasi dibebaskan oleh pemerintah. Lembaga SIUPP yang selama ini menjadi alat kontrol bagi media massa di Indonesia dihapus oleh pemerintah, dwifungsi ABRI yang selama ini menjadi legitimasi bagi faksi tentara untuk berpolitik juga dihapuskan, Partai-partai politik dibebaskan untuk memilih ideologi kepartaiannya, dan dibangunnya sistem pemerintahan desentralisasi yang membuka akses politik masyarakat jauh lebih besar untuk terlibat dan mengawasi kinerja pemerintahan di daerahnya.
Reformasi ini juga menyentuh beragam kelompok kepemudaan yang menyadari perlunya perubahan sistem organisasi mereka. Organisasi-organisasi kepemudaan yang selama ini berada dibawah payung KNPI mulai memisahkan diri dan menjalankan gerak organisasinya sesuai dengan ideologi yang diinginkan. HMI kembali menggunakan Islam sebagai azas organisasi, GMNI kembali menggunakan azas nasionalisme-marhaen, dan lain sebagainya. Beberapa organisasi kepemudaan tetap mempertahankan ideologi Pancasila, akan tetapi aura perubahan keras kali ini menghadapkan organ-organ ini pada kondisi sosial politik riil yang juga dihadapi oleh beragam kelompok di masyarakat.
Hiruk pikuk dunia politik yang baru menikmati kebebasannya di Indonesia tidak serta merta memberikan suatu perbaikan sistem pemerintahan yang bersih dan berpihak kepada perubahan yang didesakkan pada tahun 1998. Pertarungan politik antara Pimpinan Legislatif dengan Eksekutif yang telah menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid dari kursi kekuasaannya di tahun 2001 menunjukkan bahwa para pemimpin Order Reformasi ini tidak memiliki satu kedewasaan politik dalam melakukan perubahan politik di Indonesia.
Partai-partai politik dengan beragam ideologinya sepanjang lima tahun terakhir ini harus diakui telah gagal memberikan satu contoh bahwa perbedaan ideologi dapat mendewasakan pola berpikir para pemimpin bangsa. Pertikaian politik berkepanjangan yang mengesampingkan perbaikan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, merupakan satu agenda utama yang kini menjadi dasar bergeraknya beragam organisasi pemuda di Indonesia saat ini. Mereka melancarkan kecaman dan kritik untuk memperingatkan para pemimpin Indonesia, bahwa ada hal utama yang telah terlupakan akibat perilaku politik mereka.
Disamping itu, kiprah pemuda dalam era reformasi ini juga ditekankan pada pengawalan proses perubahan sistem politik Indonesia agar tidak jatuh kembali ke dalam rejim otoriter. Pemuda Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan membangun kedewasaan berpolitik masyarakat agar mereka dapat bertindak sebagai pengawas dan pengontrol kebijakan pemerintah. Pemuda tidak dapat bergerak sendirian mengawal perubahan politik di Indonesia karena mereka nantinya dapat terjerumus ke dalam jebakan politik. Dalam sistem politik liberal multipartai di Indonesia saat ini, tidak dikenal istilah kawan atau lawan politik abadi. Elite politik di Indonesia memiliki kecenderungan untuk berusaha memenuhi kepentingan politik pribadi dan kelompoknya.
III. Permasalahan Yang Dihadapi oleh Organisasi Pemuda
Lahirnya organisasi-organisasi pemuda dengan beragam ideologi, sangat dipengaruhi oleh euphoria kebebasan yang lahir sejak tahun 1998. Akan tetapi, euphoria kebebasan berorganisasi dengan menerapkan kebebasan menganut ideologi ini justru memunculkan tantangan-tantangan baru bagi organisasi kepemudaan tersebut. Tantangan pertama adalah lahirnya beragam organisasi kepemudaan yang kemudian menyurutkan nama besar organisasi kepemudaan yang dulu diperhitungkan dalam kancah politik di Indonesia. Organisasi-organisasi yang dulu merupakan onderbow partai seperti GMNI, GMKI, PMKRI, dan yang lainnya kini harus berhadapan dengan organ-organ onderbouw partai baru atau organ kepemudaan lain dalam sistem politik multipartai. Sebagai satu contoh, Banteng Muda Indonesia sebagai organ simpatisan dari PDI-P, kini memberikan satu tantangan serius bagi sejumlah organ kepemudaan lain yang memiliki ideologi nasionalisme-marhaenn seperti GMNI, atau ke organ kepemudaan lain yang berideologi Pancasila seperti GMKI, FKPPI, dan lainnya. Keberadaan HMI sebagai organisasi kepemudaan dengan ideologi Islam kini juga memperoleh satu tantangan serius dari beberapa organisasi kepemudaan yang memiliki ideologi sama seperti KAMMI, Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK), Pemuda Muhammadiyah, dan lainnya. Organisasi kepemudaan dengan warna ideologi marxisme kini juga saling berkompetisi di Indonesia. Ini terbukti dengan adanya Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) yang berazaskan marxis atau Pergerakan Indonesia (PI) yang menggunakan azas Sosial Demokrat.
Lahirnya organ-organ kepemudaan ini menjadi satu indikator kebebasan berserikat dan berorganisasi yang diatur penuh oleh Negara, namun di sisi lain memunculkan kembali permasalahan klasik organisasi kepemudaan. Masalah tersebut adalah tantangan kedua yang harus dihadapi organisasi kepemudaan saat ini, yakni ideologisasi kader organisasi yang tidak tuntas. Salah satu kunci kemajuan organisasi disamping loyalitas kader tentunya adalah kemajuan dari kader itu sendiri. Kultur senioritas keanggotaan, patronase, dan sistem kepemimpinan sentralistik pada akhirnya melahirkan bias ideologi dan kepemimpinan dalam organisasi kepemudaan. Analisa penulis mengenai hal ini kedepannya adalah bahwa kebutuhan akan ideologi dalam organisasi kepemudaan hanya menjadi sebuah gaya hidup dan kebanggan semu tokoh pemuda yang dipatronkan, dibandingkan sebagai sebuah kebutuhan sosial politik organisasi.
Tantangan ketiga adalah bagaimana mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan dan perubahan global. Dunia saat ini mengenal pasar sebagai ideologi sistem ekonomi dunia. Apabila tidak dapat bergerak sesuai dengan keinginan pasar, maka dapat dipastikan akan terhempas dari sistem ekonomi dunia. Tantangan seperti inilah yang belum menjadi isu strategis bagi organisasi-organisasi kepemudaan di tingkat nasional. Tantangan pasar global ini harus dicari solusi dan metodenya oleh organisasi kepemudaan agar generasi muda kedepannya dapat menghadapi tantangan tersebut dan tidak terhempas oleh persaingan pasar. Ideologi pasar dari sistem ekonomi dunia secara perlahan juga mempengaruhi sistem politik sebuah negara. Indonesia telah memperoleh pelajaran yang cukup baik sepanjang keterikatannya dengan IMF selama puluhan tahun. Pelajaran berharga seperti inilah yang seharusnya dapat mengembangkan pemikiran dan profesionalisme generasi muda dan organisasi kepemudaan.
Tantangan keempat adalah lambatnya regenerasi akibat pola patronase dan senioritas dalam organisasi kepemudaan. Patronase dan senioritas pada akhirnya membuahkan sikap introvert dan minder dari generasi yang jauh lebih muda karena mereka tidak memiliki ruang untuk mengekspresikan kemampuan mereka. Disamping itu, sikap patronase akan melahirkan bias mengenai pemahaman tentang demokrasi. Bagaimana mungkin memperjuangkan demokrasi jika mereka tidak menemukan ruang demokrasi dalam organisasi mereka?
Mengutip tulisan Soe Hok Gie, seorang tokoh pemuda Indonesia tahun 1960-an yang banyak terlibat aktif dalam aksi-aksi mahasiswa menjatuhkan Presiden Soekrano,
….mahasiswa Indonesia berperan ibaratnya seorang resi (guru agama yang ahli bela diri—pen) atau seorang sheriff yang turun ke kota menyelamatkan rakyatnya ketika bandit-bandit datang dan mengancam keselamatan kota. Setelah bandit-bandit tersebut tewas atau melarikan diri, maka resi atau sheriff pergi meninggalkan kota tersebut dan kembali ke tempat tinggalnya. (Soe Hok Gie: Catatan Harian Seorang Demonstran. 1967:…..)
Penulis menganalisa bahwa pola pemikiran seperti ini masih dianut oleh sebagian besar pemuda dan mahasiswa Indonesia. Dunia kampus sangat terbuka bagi pemuda yang ingin mempelajari beragam ideologi, namun lembaga kemahasiswaan di kampus tidak dapat memenuhi gairah mereka sebagai satu wahana aktivitas yang ideologis. Mahasiswa dibatasi oleh status dan waktu studi yang tidak lama sedangkan ikatan ideologi tidak pernah lekang oleh waktu.
IV. Tawaran Solusi
Soekarno, founding father Indonesia dan Presiden pertama Republik Indonesia pernah menyampaikan dalam sebuah pidatonya bahwa ia sanggup mengguncangkan dunia hanya dengan sepuluh pemuda yang hatinya berkobar. Tidak ada yang pernah meragukan Soekarno sebagai “juru bicara” negara-negara dunia ketiga di tengah ancaman perang dingin, dan tidak ada yang pernah meragukan kemampuannya untuk mengguncang dunia dengan kharisma dan kepemimpinannya menyatukan ratusan suku-bangsa yang ada di Indonesia. Ia memiliki keyakinan terhadap generasi muda Indonesia sebagai calon pemimpin dunia.
Akan tetapi mencetak generasi muda yang memiliki hati berkobar dan sanggup mengguncangkan dunia bukanlah pekerjaan mudah. Iklim sosial-politik yang kondusif bagi pemuda untuk berkiprah diperlukan agar regenerasi kepemimpinan dan sistem edukasi bagi generasi muda dapat berjalan secara berkelanjutan. Regenerasi kepemimpinan kaum muda dalam organisasi kepemudaan harus berpijak pada fair-competition. Kesempatan harus diberikan kepada generasi muda yang memiliki kemampuan dan kapabilitas dan tidak berdasarkan senioritas.
Disamping itu, mereposisikan peran negara dalam kehidupan organisasi kepemudaan akan mendukung atau menghancurkan ruang hidup organisasi-organisasi tersebut. Selama lebih dari 30 tahun, negara mengendalikan kehidupan berorganisasi kaum muda sebelum jatuhnya Presiden Suharto dari kursi kekuasaannya. Organisasi kepemudaan sendiri, idealnya berada pada koridor netral terhadap semua kepentingan pemerintahan dan kelompok-kelompok politik. Ini akan berpengaruh pada pembangunan sikap kritis dan konstruktif terhadap Negara dan pemerintahan yang berkuasa.
Pemilihan keyakinan dan ideologi organisasi kepemudaan ada baiknya dibebaskan oleh negara dan diinisiasi oleh organisasi-organisasi kepemudaan di tingkat nasional. Negara tidak perlu campur tangan dalam urusan internal organisasi pemuda agar nuansa kehidupan organisasi kepemudaan menjadi lebih dinamis. Akan tetapi ada efek samping yang harus dihindari sedapat mungkin, yakni ideologi organisasi sebagai gaya hidup semata. Di Indonesia, dengan beragamnya idoelogi yang dianut oleh ratusan organisasi kepemudaan, maka efek samping ideologi sebagai gaya hidup semata juga muncul. Ada organisasi kepemudaan yang menggunakan Islam sebagai ideologi namun bercorak militeristik seperti Barisan Serba Guna Pemuda Ansor, atau organisasi kepemudaan nasionalis yang bercorak militeristik seperti FKPPI, Pemuda Panca Marga, dan lain sebagainya.
Titik tekan dibebaskannya pemilihan ideologi oleh organisasi adalah agar mereka dapat berhadapan langsung dengan tantangan dunia saat ini. Perancis dan Jerman sudah berhasil memodifikasi ideologi Sosialisme mereka agar dapat berhadapan dengan kapitalisme Amerika dan Inggris dalam persaingan pasar bebas. Bagaimana dengan Asia? Disinilah peran pemuda harus dioptimalkan untuk dapat berdialektika dengan beragam ideologi dunia dan mengembangkan sayap jaringan kepemudaan agar dapat memperoleh gambaran situasi global dan menentukan langkah kedepan organisasi kepemudaan.
V. Penutup
Memperkasa kemampuan pemuda dalam menghadapi tantangan global sedianya harus datang dari kalangan pemuda itu sendiri. Pembentukan pemuda yang hatinya berkobar sebagaimana diinginkan oleh Sukarno untuk mengguncang dunia tidak dapat dilahirkan apabila tidak ada inisiatif dan kesadaran dari kalangan pemuda sendiri untuk memperkasa dirinya sendiri.
Dalam sistem ekonomi dunia saat ini, negara-negara maju yang hanya berjumlah dua puluh persen menikmati delapan puluh persen kekayaan alam yang ada di dunia ini dan sisanya diperebutkan oleh delapan puluh persen negara-negara miskin dan berkembang. Tantangan dunia global saat ini bertambah berat terutama dikaitkan dengan kondisi keamanan secara umum.
Tantangan-tantangan seperti inilah yang harus direspon oleh kaum muda di berbagi belahan dunia untuk mempersiapkan diri mereka sebagai bagian dari perkembangan dunia global. Sejarah dunia akan ditentukan oleh sejarah pemudanya.
33 comments
Comments feed for this article
April 18, 2007 at 4:04 am
M
setuju bos…. kaum muda harus mampu mengukir sejarah baru lagi. Tp, harus ada kesadaran dari “kaum tua”. Contoh kongkrit, kaum muda di “tempat persemaian manusia baru” susah dapat tempat bos… Mbah2 politis banget…regenerasi kaya’nya cuma jadi “seolah-olah”… gimane tu bos…?
April 22, 2007 at 3:22 pm
wargabanten
Kaum muda mengukir sejarah, ITU PASTI…
May 2, 2007 at 3:30 am
eko banteng semarang
kamu udah ada gagasan yang bagus kalau ada calon presiden 2009 yang muda to jangan yang tua, karena yang tua dan lama mikirnya partai dan keluarga nggak pernah mikirin kemajuan bangsa, ingat kita hidup, makan, dan mati untuk indonesia, ingat golput udah mulai meningkat karena rakyat lapar dan susah cari makan, salam buat teman teman jakarta merdeka.
May 22, 2007 at 11:43 am
jen
aku setuju klo pemuda indonesia harus menunjukkan eksistensinya sebagai mahluk indonesi………………………………
May 24, 2007 at 2:41 am
muliadi anangkota
setuju bro kaum muda agent of change, tetapi awas nanti kepleset if the young is cannot ghanges, ….. banyak intropeksi apa yang sudah kita perbuat buat bangsa…… Salam YAKUZA dari PAPUA
May 29, 2007 at 10:52 am
tata chemiawan bandung
4 kali pergantian rezim reformasi gagal mensejahterakan rakyat indonesia.
Fakta selama 9 tahun reformasi : hutang luar negeri yang terus membengkak, kerusakan lingkungan yang parah, penjualan aset2 nasional kepada perusahaan asing, penguasaan pertambangan oleh perusahaan asing, korupsi yang terus merajalela, kemiskinan dan pengangguran yang bertambah. Itu semua menandakan kepemimpinan orang2 tua gagal menuntaskan visi reformasi. Saatnya kaum muda mengambil alih kepemimpinan nasional. Segera lakukan konsolidasi kaum muda indonesia.
Salam Pergerakan Pemuda dari Bandung
June 21, 2007 at 6:42 am
Edward Taufan
Ada tawaran mantab nih!
Tawaran ini adalah tentang mobil. Saya mo nawarin mobil-mobil baru dengan merk tertentu. 100% baru, gres baru!!! Ada 3 jenis mobil, yaitu Daihatsu Xenia, Toyota Avanza, dan Suzuki APV. Harganya….fantastis abis!!!
Untuk APV, saya patok Rp 27 juta!!! Untuk Xenia, Rp 32 juta!!!Dan Avanza,Rp 37 Juta!!Gila kan!! Saya terangin dulu sistemnya.
Misal, anda ambil Avanza. Anda ke rumah saya, dan kasi saya uang Rp 32 Juta. Anda saya kasih KTP asli saya, dan silahkan anda cek sendiri, apakah benar yang anda datangi adalah rumah saya. Misal, lewat nanya-nanya, sesuaikan dokumen, dsb.
Kemudian anda akan menunggu paling lama 2 minggu, untuk nunggu nomor plat mobil dan STNK. Kemudian anda datang lagi ke rumah saya, ambil mobilnya. Toyota Avanza baru serta STNK asli!!! Nah, segampang itu?!!Gak juga lah! Enak banget dong anda, nah, begini, BPKB nya saya yang pegang! Jadi anda hanya megang STNK saja. Dan, STNK adalah bukan atas nama anda. Berarti bukan jual beli dong? Ya iya lah…
Jadi apa dong namanya??
Nah uniknya, duit yang anda kasi ke saya itu GAK ILANG!!! Anda kasi saya Rp 32 juta, anda bawa mobil dan STNK nya, BPKB saya yang megang. Uang yang anda kasi ke saya, hanyalah bersifat DEPOSIT saja. Anda boleh pake Avanza tersebut, TERSERAH anda mau sampai kapan pun! Sebulan, dua bulan, setahun, dua tahun, atau malah seumur hidup pun, GAK APA2!!! Jika anda mau balikin kembali ke saya, DUIT ANDA AKAN SAYA KEMBALIKAN LAGI!!!!!Hanya dipotong Rp 7 juta perak, jadi akan kembali ke anda Rp 25 juta!!!
Ooo…kalo gitu namanya SEWA dong?! Kawan, yang namanya Sewa, yaitu anda bayar per periode dan ada jangka waktunya. Misal sewa Avanza untuk sekian bulan per bulannya sekian rupiah. Ini kan tidak, anda hanya perlu deposit Rp 30 juta, dan kemudian dipotong Rp 7 juta. TERSERAH MO BERAPA LAMA ANDA MENGGUNAKANNYA!
Kawan, anda gak perlu takut sama saya akan bawa kabur uang anda. Itung2an, malah harusnya saya lah yang harus takut, karena anda megang mobil yang harganya hampir 4 kali lipat duit yang anda depositkan ke saya. Oleh sebab itu, maka BPKB adalah saya yang megang. Dan, saya harus minta fotokopi KTP anda 2 lembar, serta 2 fotokopi Kartu Keluarga anda. Juga saya harus mengecek alamat anda, dan memeriksa validitas alamat rumah tersebut.
Apakah itu mobil bodong! Kawan, saya pribadi dan anda kita pergi berdua ke Polda Metro Jaya untuk ngecek keabsahan STNK tersebut. Atau, kalau anda lebih suka, anda sendiri yang periksa, lewat berbagai jalur yang anda kenal.
Lalu, apakah STNK sesuai dengan nomor rangka, chasis, dsb. Kawan. Anda tunjuk dealer resmi atau bengkel resmi mana saja, kita berdua pergi, dan mengecek kesesuaian tersebut.
Nah, bagaimana nanti ketika mo perpanjang STNK? Anda boleh fotokopi STNK tersebut, dan kasi ke saya, saya yang mengurusnya. Tapi tentu saja, anda yang membayar beban pajak perpanjangan tersebut.
Anda boleh pake mobil tersebut selama-lamanya anda mau!!! Tapi tentu saja, semua biaya perawatan, ganti oli, dsb harus anda yang menanggungnya sendiri. Dan kalau ada lecet, tabrakan, dll, anda yang menanggung biaya reparasinya.
Sumpah mampus kesamber petir, begitulah adanya. Stok yang tersedia adalah APV dengan harga 27 juta, Xenia 32 juta, dan Avanza 37 juta. Buat apa anda beli mahal2, toh anda sendiri yang memakainya dan jika sudah bosan atau mungkin lagi perlu duit, tinggal balikin ke saya, atau ganti mobil baru. Tidak ada yang tahu bahwa anda mengambil mobil dari saya dengan cara ini. Emangnya teman atau siapapun yang mo nanya, minta ditunjukin gitu BPKB nya?
Jika ada yang nanya, “elo beli kredit ya?”. Anda tinggal jawab, “ Nggak, gw beli cash, tapi dari orang lain, jadi STNK nya masih atas nama dia”.
Kawan, ini solusi bagi anda yang belum punya mobil, tapi mo gaya, atau memang butuh, atau untuk dibisnisin, atau untuk apalah, gak masalah, yang penting PUNYA MOBIL. Dan uang yang anda keluarkan, TIDAK ILANG, hanya kepotong Rp 7 juta aja untuk JANGKA WAKTU TERSERAH ANDA SAJA,
Hubungi saya di nomor 021-93798292 dan 085217000938 untuk lebih jelasnya.
Terima Kasih, saya tunggu telepon anda..
TAUFAN
Penolong untuk Solusi Kebutuhan Akan Kendaraan
June 23, 2007 at 7:58 am
pakcik
Saatnya Anak Muda Merebut Kekuasaan !!!
July 27, 2007 at 6:08 am
didin
thanks untuk artikelnya sampeyan…. udah saya copi tuk tambahan referensi tugas makalahku thanks berat ya….
August 4, 2007 at 9:36 am
HUDA
Bagus lah, saya setuju itu, saya pakai untuk referensi ya………. thank banyak!
August 22, 2007 at 5:49 am
Gie
Yup…. aq setuju buanget
So kita pemuda Indonesia
jangan apatis dengan keadaansekarang ya…..
August 23, 2007 at 12:32 am
faizal
SUDAH SAATNYA PEMUDA BANGKIT DARI RASA TAKUT,KETIDAKADILAN DAN KORBAN DARI REFORMASI…MAJULAH BANGSAKU….MAJULAH PEMUDA INDONESIA…
August 24, 2007 at 6:56 pm
mobilmotormall
Ingin menjual mobil atau motor dengan cepat ? Iklankan di
MOBILMOTORMALL.COM – Jual Beli Mobil Motor – Bursa Iklan Mobil Motor – Info Mobil Motor
August 25, 2007 at 5:42 am
Michell Eko Hardian, SH
Pemuda harus diberikan kepercayaan, karena Pemuda masih memiliki idealisme, dan pemuda adalah wajah pendobrak ketika kaum tua masih takut untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sehingga bangsa inii Merdeka. Apa lagi yang ditunggu bangkit sekarang Pemuda Indonesia.
August 27, 2007 at 11:53 pm
Muhammad Abrar,Padang
Assalamu’alaikum,salam pergerakan buat pemuda/i seluruh Indonesia. Saya sangat sepakat,Kepemimpinan bangsa ini sudah saatnya diserahkan kepada generasi muda yang semangat mujahadah-nya sedang berkobar.Sebagaimana kata Bung Karno”Berikan kepadaku seratus orang tua, maka akan saya angkat gedung ini.namun berikan kepadaku sepuluh orang pemuda saja,yang hatinya berkobar,maka akan kuguncang dunia ini”.Islam lewat mulut nabi kita Muhammad SAW,juga pernah menyatakan”Shubbaanul yauum rijaalul ghad”,(Pemuda sekarang,besok akan menjadi seorang pemimpin”.Jadi marilah wahai generasi muda Indonesia,marilah bekali diri dengan berbagai macam ilmu,skill,kepandaian,pengamalan,pemahaman,akhlaq mulya dan budi pekerti luhur,demi keadilan dan kesejahteraan bangsa kita di masa mendatang.Salam perjuangan dari saudaramu yang prihatin dengan kondisi bangsa dan negara kita saat ini.Do the best as you can.Wassalam
September 1, 2007 at 10:13 am
Garong
ok… aku setuju banget !!! ayo bangkit pemuda Indonesia.. jangan tumpul oleh kemajuan zaman !!! Ingat Pemuda adalah tonggak suatu bangsa !!!
September 11, 2007 at 11:32 pm
david satria jaya
Salam pergerakan dari Lampung!!!!
Bwt tmen2 pemuda-pemudi yang ada di seluruh penjuru tanah air ini, bangsa ini mengalami krisis kepemimpinan beberapa tahun terakhir ini….dan itu semua merupakan tanggung jawab kita sebagai generasi penerus bangsa…..
Salam pergerakan
Menolak tunduk dan bangkit melawan penindasan, karena diam adalah penghianatan……
Billahifissabilhaq fastabiqul khoirat…
September 12, 2007 at 5:58 am
momo
yupz….ayo bangkidh pemudha Indonesya……………..!!
tangkyu buwad yang nulis neey artikel, biza bwdh tambah referensi essay Q,,,doain Z Q bisa menang,,, ooou ya doain juga Q nilai-nilaiku gag da yang 7 kebawah biar bisa ke nanyang tekhnic univercity..key??
September 29, 2007 at 3:19 am
kisah ruth siregar
kirimin Ke email ku donk, mengenai sejarah Demokrasi Terpimpin, khususnya tiga kekuatan politik yaitu Soekarno, Militer dan Partai komunis Indonesia.
My email: story_reg@yahoo.co.id
October 4, 2007 at 11:20 am
muradi
Thank you komentar, masukan samakritikannya:
Buat M; kekuasaan emang nggak bisa nunggu, harus direbut, jadi perbanyak kritik oto kritik.
Buat Warga Banten: hmmmmmm setuju
Buat Mas Eko: yah harus dimulai, anda yg di dalam (partai) harus berani pula stimulasi ke kita,aku kan bagiannya nasih masukan sesuai dengan kemampuan, btw, trm kasih atas sarannya.
Buat Jen: nggak cukup eksistensi, tapi kemampuan yang mumpuni.
Buat Muliadi: aku setuju, harusterus membangun kesadaran kelas, tau diri di mana posisi pemuda
Buat Tata: salam juga, kapan2 kita diskusi lah, kamu di bandung kan??
BuatEdward: No komen
Buat Pak Cik: yah diaspora dan tetap tersadar di mana posisnya bos politik
Buat Didin: jangan lupa nulis referensinya, nanti kena aturan plagiasi
Buat Huda: sama pesennya dengan didin
buat Gie: kalo kita udah apatis, berarti bangsa ini tengah menuju
kehancuran
buat faizal: ok, tapi tetap punya konsep dan bekal, tidak bondo nekat
Buat Michel: terima kasih sarannya
Buat Abrar: nah yang penting juga belajar dari kesalahan masa lalu
Buat Garong: hmmm setuju
Buat David: salam juga vid!
Buat Momo: aku doakan yah
Buat Siregar: hmm kan bisa kutip dari artikel yang sama di sini
July 27, 2008 at 12:03 pm
qom
……………………sepakat……………….semangat……..
bangkitlah wahai orang yang berkemul, berilah peringatan.
bangkit wahai pemuda indonesia, saatnya kobarkan kembali semangatmu!
pimpin bangsa ini.
September 15, 2008 at 8:06 pm
Mawar merah sejarah
Seperti mawar merah,
Pemuda itu penuh gairah,
menyembunyikan duri dibalik bunga yang indah merekah
September 15, 2008 at 8:22 pm
Mawar merah sejarah
semua ingin mawar merah,
penari genit selipkan ia ditelinganya untuk memikat hidung belang,
gadis kecil petik ia untuk sekedar hilangkan bosan,
pemuda nakal untuk menggoda gadis binal,
kumbang lapar yang sekedar mencuri nektar.
atau aku yang tak ingin melihat engkau gugur layu,
kupetik engkau kuberikan kepada istriku yang masih ragu,
apakah aku tulus mencintainya.
Berdo’alah mawar yang indah!, agar kau tak di petik orang yang salah!!
September 15, 2008 at 10:38 pm
muradi
Buat Qom dan Mawar Merah: terima kasih komentarnya!!
salam kenal,
mrd
December 3, 2008 at 10:13 pm
muna
SEPAKAT.
December 13, 2008 at 5:13 am
muradi
buat Muna: terima kasih,
salam kenal
January 3, 2009 at 8:04 am
atik setya lestari
pemuda itu harus lebih kreatif agar tidak diremehkan oleh kaum tua.banyak yang beranggapan kalau yang muda kurang berpenglaman tapi itu semua salah.meski kita muda tapi kita punya pengetahuan yang mungkin melebihi orang tua.
jangan jadikan indonesia sebagai KERBAU beneran.,meskipun thn 2009 ini telah di-ramal sebagai thn KERBAU.,sEmangt kawan.,
January 12, 2009 at 6:43 pm
muradi
Terima kasih atas komentarnya, satu hal yang harus digarisbawahi adalah kekuasaan tidak bisa datang secara gratis, maka perlu diprebut dalam kontestasi demokratik. Obama telah memberikan inspirasi kepada kita bahwa muda bisa membangun kepercayaan dan tanggung jawab.
salam kenal,
January 7, 2009 at 1:45 am
arsa
Bung Muradi Yth,
Saya sependapat dengan pemaparan saudara, mengenai Memperkuat Profesionalisme Kepemimpinan Pemuda. Profesionalisme, hal utama yang harus diperhatikan untuk menunjang perbaikan Negeri di masa mendatang. yang harus diperhatikan oleh pemuda sekarang adalah penggunaan soft power yang masih minim serta perhitungan faktor-faktor resiko yang akan dihadapi guna meminimalisir konflik secara langsung, sehingga pergeseran peta politik berlangsung secara halus dan damai.
Salam hangat,
Arsa
January 12, 2009 at 6:41 pm
muradi
terima kasih bung atas komentarnya!!!
salam,
February 20, 2009 at 11:43 pm
marta
kebetulan hari ini saya ngasih tugas anak-anak tuk buat artikel tentang kepemimpinan pemuda. makalah anda bagus buat salah satu referensinya. Sayang barangkali solusi yang disampaikan terlalu konseptual. mungkin akan lebih baik jika solusi yang ditawarkan kepada pemuda dalam bentuk yang konkret. Pemuda memang tulang punggung dan dipundaknyalah kelangsungan suatu negara tetap berlanjut. Walau demikian peran orang tua sebagai agen yang memberi uwur, sembur tetaplah tidak bisa kita abaikan. asam garam kehidupan tentu lebih banyak dirasakan. Tunjukkkan wahai pemuda bahwa kita layak menggantikan dan meneruskan pemimpin tua. dan dari kitalah kita mengubah wajah negara menjadi lebih bercahaya. Salam
February 24, 2009 at 9:08 pm
muradi
Hi marta, sejatinya artikel ini artikel lama, pernah saya presentasikan di workshop Brunei Youth Council tahun 2004 lalu (ini versi Indonesianya),yah kalo terlihat sangat konseptual,mohon dimaklum. saya harus menampilkan gambaran pemuda Indonesia yang ideal. anyway,saya setuju dengan komentar anda soal perlunya lebih down to earth. mungkin anda bisa lebih membumikan solusinya? nanti kita bisa share dan diskusi…
salam kenal,
May 23, 2017 at 3:30 am
Keyla
Alirght alright alright that’s exactly what I needed!